Dunia
Kemaritiman Harus Perhatikan Cuaca
Pemerintah Indonesia
saat ini sedang menggalakan pemberdayaan di bidang maritim. Program pemerintah
tersebut layak diapresiasi mengingat bentuk geografis Indonesia yang merupakan
negara kepulauan yang dikelilingi beberapa lautan. Upaya pemberdayaan
kemaritiman harus memerhatikan beberapa disiplin ilmu salah satunya adalah
meteorologi (ilmu tentang cuaca).
Dunia kemaritiman tidak
bisa lepas dari faktor cuaca. Adapun faktor cuaca yang berpengauh meliputi :
1. Angin.
Angin adalah pergerakan udara yang disebabkan oleh perbedaan tekanan di
permukaan bumi. Walaupun arah angin sering berubah – ubah, pada dasarnya
Indonesia memiliki dua siklus tahunan angin muson yaitu Angin Muson Australis
dan Asia. Angin Muson Australis biasa terjadi pada bulan April sampai September
ketika matahari berada disebelah utara ekuator suhupun meningkat, ingat bahwa suhu
dan tekanan berbanding terbalik dari rumus fisika
(“P” adalah tekanan dan” T” adalah suhu). Akibatnya Benua Asia bertekanan rendah rendah sehingga
angin bertiup dari Benua Australia ke Benua Asia atau yang biasa disebut musim
timuran karena rata – rata angin bertiup dari arah timur. Begitu pula ketika
matahari berada disebelah selatan, suhupun meningkat dan menyebabkan Benua
Australia bertekanan rendah sehingga angin bertiup dari Benua Asia ke Benua Australia atau yang biasa
disebut dengan musim baratan. Pelaut dan nelayan harus memahami faktor tersebut
karena angin dapat menjadi kawan, dapat pula menjai lawan. Menjadi lawan karena
dapat mempermudah laju kapal dan Menjadi lawan karena dapat menghambat laju
bahkan mengganggu keseimbangan kapal. Selai itu angin juga menentukan tinggi
rendah dan arah gelombang. Semakin kuat angin maka akan semakin kuat gelombang
adapun arah bertiupnya angin adalah searah dengan gerakan gelombang. Pemetaan
gelombang diperlukan bagi pelaut dan nelayan dalam memilih rute pelayaran yang
aman juga dapat menentukan kapal dapat berlayar atau tidak.
2. Awan. Awan adalah kumpulan titik – titik air atau
kristal es yang terjadi karena udara yang banyak mengandung uap air mengalami
proses pendinginan hingga mencapai titik embun dan terdorong ke atas sampai
atmosfer akibat dari perbedaan tekanan. Awan dapat menjadi acuan akan cuaca yang
terjadi disekitarnya. Apabila awan ketinggianya semakin rendah dan semakin
gelap mengindikasikan akan terjadinya hujan. Adapun apabila terdapat awan
cumulonimbus, awan yang berbentuk seperti kembang kol dan menjulang ke atas
mengindikasian di daerah tersebut rawan terjadi badai guntur. Apabila perbedaan
tekanan dalam awan cumulonimbus semakin besar dapat menimbulkan angin kencang
bahkan waterspout (tornado air). Dengan melihat awan nelayan dapat
memprakirakan cuaca yang terjadi sehingga akan memermudah dalam memilih jalur
pelayaran serta menentukan daerah – daerah yang berpotensi menghasilkan banyak
tangkapan.
3. Suhu
air laut. Suhu air laut menentukan biota laut yang terkandung di dalamnya. Ikan
– ikan tertentu akan banyak berkumpul di suhu laut yang optimal dan stabil. Untuk
mengetahui suhu dapat dilakukan dengan pengukuran manual dengan termometer ataupun
dengan bantuan sensor dan satelit.
Jika para pelaku usaha
di bidang menyadari pentingnya faktor cuaca serta didukung dengan kemampuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai, maka dunia kemaritiman di
Indonesia akan semakin produktif. Untuk itu diperlukan kerjasama antar instansi
untuk memberikan penyuluhan dan produk data cuaca siap pakai ke masyarakat.
" Hidup itu seperti ombak kadang naik kadang turun, jadilah pribadi yang tangguh dan beriman untuk mampu mengarungi keduanya"
" Hidup itu seperti ombak kadang naik kadang turun, jadilah pribadi yang tangguh dan beriman untuk mampu mengarungi keduanya"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar